PASANG TV DIGITAL NEXMEDIA

Pasang TV DIGITAL NEXMEDIA " TV DIGITAL Yang Menggunakan Antena TV Biasa "
Email : agus.nurcakim@gmail.com
S M S : 082111942581
PIN : 767F476D
Tersedia Paket Khusus Sport " Nexsport Platinum " : Berlangganan 1 Tahun, Bayar 950.500 ( Free Biaya Deposit Decoder + Pemasangan + PPn ).

Rabu, 20 Maret 2013

SATRIYA PININGIT


 






MENGUNGKAP KEBENARAN YANG SEJATI MURNI DAN DABBAH YANG DIBERDAYAKAN BERKATA ADALAH PELAKU SATRIYA PININGIT DAN RATU GINAIB.

Adalah firman Allah dalam QS.An Naml ayat 82 yang mengandung maksud sebagaimana judul tulisan di atas.
"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan Dabbah dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami".


Maksud perkataan telah jatuh atas mereka adalah turunnya azab yang menghancurkan sehancur-hancurnya atas hidup manusia yang mengobral kefasikan.
"Karena sesungguhnya mereka adalah kaum fasik. Maka tatkala mereka membuat Kami murka (karena hidupnya selalu mengobral kefasikannya), Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya". (QS. Az Zukhruf: 54-55).

TUHAN JUGA MEMPUNYAI BATAS KESABARAN
Hidupnya manusia di dunia ini tidak hanya ratusan tahun bahkan telah ribuan tahun lamanya ngobral kefasikan.
Fasik adalah perbuatan terkutuk dihadapan Allah. Betapa tidak, bernafaspun manusia ini tidak bisa apalagi hingga berdaya dan bertenaga kalau tidak dengan Tuhan. Namun mana dan berapa gelintir yang berkehendak mengenali DiriNya Zat Yang Wajib Wujudnya, Zat Yang AL-Ghaib yang nyata-nyata dekat sekali keberadaanNya? Lalu mendzikiriNya. Lalu dijadikan tujuan hidup untuk didekati hingga selamat bertemu lagi dengan DiriNya? Yang terjadi justru memperalat DiriNya Ilahi untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya berdunia dengan nafsunya dan watak akunya. Hingga Al Quran yang 30 juz jumlahnya dan tidak ada keraguan perihal kebenaran Ada dan Wujud DiriNya Yang Mutlak, hidayah bagi muttaqien, telah tidak diyakini lagi. Sebabnya tidak lain karena harus memenuhi iman kepada AL-Ghaib. Satu-SatuNya Zat Yang Gaib, Allah AsmaNya, jelas dan nyata sangat mudah serta sangat indah untuk diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati karena saking dekatnya., telah didustakan dan diingkari. Karena untuk sampai seperti itu harus bertanya kepada ahlinya.
Hanya karena kini telah tiba saatnya Qudratullah dengan Kun FayakunNya, memunculkan Al-HaqNya (Kebenaran Ada dan Wujud DiriNya hingga kental dalam rasa jiwa=sejati=yang diseja (dituju) oleh hatinurani, maka tulisan ini diturunkan.
Sedang Dabbah sebagaimana yang dimaksud oleh firmanNya sebenarnya adalah kekasihNya yang karena keberadaannya selalu didustakan, ajarannya dianggap mengada-ada., bahkan layak untuk difitnah dan dihabisi sampai keakar-akarnya, dimisalkan olehNya bagai sejenis binatang melata. Dia sendiri, si Dabbah ini, hidup sehari-harinya memang selalu melata di dalam bumiNya memenuhi seruan Tuhannya supaya wasjud waqtarib. Yaitu selalu berjihadunnafsi supaya secara utuh mengikut jejak para Malaikatul muqorrobin yang rela berlaku sujud (=makna patuh dan tunduk kal-mayyiti) kepada wakilNya Tuhan di muka bumi. Yakni wakil yang secara persis dan yakin tahu dan kenal pada DiriNya Sang Muwakkal hingga hatinurani roh dan rasanya juga selalu berada pada DiriNya Zat Yang meski AL-Ghaib, dirasakan sangat dekat sekali.
Bahkan hanya DiriNyalah Satu-satuNya yang dirasa Wujud dan Yang dirasa Ada.
Adalah wakilNya Allah di bumi sebagai ahli dzikir dan al-Haadi (Sang penunjuk) terhadap adanya ilmu untuk mengenal dan mengetahui Keberadaan DiriNya Zat Yang Al-Ghaib serta jalan lurus hingga dengan selamat dan bahagia bertemu lagi dengaNya.
Dabbah yang hamba kekasihNya ini adalah ahli al kurub. Ahli prihatin. Setiap hari hidupnya selalu mengadili dirinya sendiri supaya tidak mudah ditipu oleh nafsunya. Apalagi hingga diperintah dan dijajah. Waqtaribnya, cita-cita mendekatnya diri kepada Ilahi hingga sampai, menyadarkan sebagai hamba yang al-faqir. Karena rasa taubatnya sebagaimana tangis taubatnya Nabi Yunus: "Laa ilaaha illa Anta Subhaanaka inni kuntu minadzdzalimin". Yakni apa saja, termasuk wujud jiwa raganya telah benar-benar diperjuangkan (jihadunnafsi dengan harta, jiwa, tenaga dan pikiran-pikirannya) supaya benar-benar nafi. Benar-benar nyata tidak ada (=makna laailaaha) hingga sama sekali tidak akan menjadi hijab terhadap penglihatan mata hatinya terhadap yang selalu ditetapkan dalam rasa hatinya (=makna illallah=illa Anta=illaAna). Yaitu DiriNya Zat Yang Allah AsmaNya. Dan pengakuan ini sebagai hamba yang paling zalim, paling apes, paling hina, tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa, akan selalu membangkitkannya untuk deple-deple kepadaNya, berpasrah diri kepadaNya, ngandul (bergantung) kepadaNya dan mepet (selalu lengket) dengan DiriNya.

SATRIYA PININGIT DAN RATU GINAIB
Satriya yang asal kata dari Syathara maknaya membelah menjadi dua. Yaitu hamba Allah yang olehNya telah ditarik oleh fadhal dan rahmatNya telah membuktikan dengan nyata terhadap kandungan makna kalimah nafi dan kalimah itsbat. Kalimah nafi adalah Laailaaha dan kalimah itsbat adalah illallah. Bahwa semua hal tentang dunia termasuk wujud jiwa raganya (zat, sifat dan af al dirinya), telah benar-benar dinyatakan nafi, hingga yang nampak nyata dalam pandangan mata hatinya adalah DiriNya Zat Al-Ghaib Yang Wajib WujudNya, Allah AsmaNya. Karena itu hanya DiriNyalah Satu-satuNya yang diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati. Dan yang dipingit (disembunyikan) oleh Allah adalah tentang adanya ilmu untuk mengenal dan mengetahui keberadaan DiriNya Yang Al-Ghaib itu. Hanya Dia Yang Maha Mengetahui, maka Dia tidak memperlihatkan (dalam mata hati) kepada seorangpun kecuali hamba yang dicintai olehNya (yang diperoleh) dari rasul (Nya), adalah kandungan makna firman Allah dalam QS. Al-Jin 26-27. Karena sebenarnya bahwa keberadaan penerus tugas dan fungsi kerasulannya Nabi Muhammad Saw tidaklah putus ketika jasad Nabi Muhammad Saw wafat. Sebab ia mempunyai tugas untuk tidak bakhil menunjukkan terhadap keberadaan Zat Yang Al-Ghaib itu. (QS. Takwir 24).
Satriya Piningit sebagaimana di atas adalah Ratu Ginaib.
Ratu yang singkatan dari Ra (bisa roh juga bisa rah=getih=darah). Tu = tumuju. Yaitu yang dituju. Ginaib=satu-satuNya Zat Yang Al-Ghaib. Roh yang tidak lain Daya dan Kekuatan Ilahi (jadi sama sekali tidak di aku oleh watak nafsunya) yang mendorong tekad dan niat hidupnya hingga darah yang mengalir dalam tubuhnya selalu menyemangati jihadunnafsinya guna mencapai cita-cita dan tujuan hidup dekat hingga sampai dengan selamat bertemu dengan DiriNya Sang Maha Gaib. Selamat pulang ketempat asal fitrah jati dirinya sendiri. Kembali pulang pada martabat Wahidiyat. Menyatakan lagi hakekatul insannya dimana rasa hati yang dirasakan hanyalah Diri Satu-satuNya Zat Al-Ghaib Yang Wajib WujudNya. Menjadi "Balla Sirrullah". Yaitu rasa yang menjadi dasar manusia telah diisi dengan butiran iman. Yaitu hakekat Nur Muhammad lalau rasanya mencahaya karena yang dirasakan Wujud dan Yang dirasakan Ada hanya DiriNya Ilahi. Dan rasa (sirr) yang letaknya ada di di dalam roh yang paling dalam, dibungkus oleh hatinurani, apabila tidak diisi dengan butiran iman sebagaiman diatas, hanya akan habis diperalat oleh dunianya nafsu dengan watak akunya, oleh cipta angan-angannya, oleh hawa nafsu dan syahwatnya, supaya merasakan apa saja yang sama sekali menjauhkan hamba dengan Tuhannya.
Ratu Ginaib yang tanpa mahkota. Kesampar kesandung dalam menjalani lakon tapa ana ing sak tengahing praja dan nyingkrih (menyendiri) ditengah-tengahnya kalangan. Jangankan orang lain, meskipun saudara atau keluarganya sendiri, apabila tidak dikehendaki, samasekali tidak mengetahui. Dimunculkan Ilahi dengan Qudrat Kun FayakunNya karena adanya Proyek Ilahi dijaman wolak walik yang sudah di ambang pintu ini, dimana Tuhan Sendiri Pelaku Utamanya. Sebab apabila tidak Tuhan Sendiri Pelaku Utamanya (=Ratu Adil Yang dengan KebijaksanaanNya mengangkat/memunculkan diatas permukaan bumiNya, Al-HaqNya, dan mengadili dengan melenyapkan yang batal), yang pasti terjadi adalah sebagaimana kandungan firmanNya dalam QS. Fathir 42 dan 43, yaitu mereka yang dengan beraninya mengkhianati sumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah tentang sekiranya didatangkan kepada mereka seorang pemberi peringatan, dengan yakinnya mereka percaya akan lebih mendapat petunjuk dari umat-umat yang lain. Namun ketika benar-benar datang seorang pemberi peringatan itu, kedatangannya tidak menambah kepada mereka kecuali jauhnya mereka dari kebenaran, karena kesombongannya dimuka bumi dan karena rencana mereka yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa kecuali kepada yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nanti melainkan berlakunya sunnatul-awwalin. Yaitu turunnya azab karena berkhianatnya itu = turunya bebendu yang menghancurkan sehancur-hancurnya karena mendustakan keberadaan hamba yang ditugasi sebagai pemberi peringatan sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu.
Satriya Piningit yang juga Ratu Ginaib yang rohnya, yaitu daya dan kekuatannya sepenuhnya diyakini adalah Daya dan Kekuatan Ilahi yang selalu menghidupkan mengalirnya darah yang menyemangati jihadunnafsi untuk tujuan mendekat kepada Diri Ilahi hingga selamat dan bahagia bertemu lagi dengan DiriNya Zat Yang Al-Ghaib Yang Wajib WujudNya, dimunculkan Tuhannya guna menyisihkan jaman kala bendu, sebenarnya telah berdiri. Hanya masih tertutup oleh gemuruhnya manusia dunia berlomba "mburu uceng kelangan deleg". Juga masih tertutup oleh dahsyatnya gelombang hangkara yang merubah Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi keuangan yang maha kuasa. Maka Tangan Tuhan sendiri yang akan melenyapkan tutup itu hingga benar-benar terbuka dan terwujudlah cita-cita merdeka yang sejati dan sempurna.
Dia telah berdiri dan telah melakukan persiapan dengan mengelola Gerakan Lil-Muqqorrobien . Gerakan yang menyadarkan hamba yang dikehendaki untuk menyiapkan diri menjadi hamba yang didekatkan kepadaNya.
Tanjung, 1 Oktober 1998
oleh,
MOHAMMAD MUNAWWAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar