Kebanyakan masyarakat di Jakarta menganggap Kota
Solo ibarat sebuah ‘kampung’. Entah apakah masyarakat Indonesia di kota
lainnya juga mengatakan hal yang sama, tapi Wong Solo (sebutan untuk
orang Solo) masih bangga dengan sebutan ‘kampung’ tersebut. Setahu saya,
kampung adalah tempat yang asri, sejuk, nyaman, dan masih banyak
kegiatan warga lokal dapat kita temui di kampung. Menyenangkan.
Namun, bagi warga yang berdomisili di
daerah Solo Raya, meliputi Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri,
Boyolali, dan Sragen, Solo adalah sebuah kota pusat dari segala
keramaian dan hiburan. Banyak dari mereka mencari nafkah di Solo.
Dolan ke Solo merupakan gengsi tersendiri bagi sebagian besar masyarakat
di Solo Raya, jalan-jalan, wisata sejarah, belanja di mal dan aktifitas
lainnya berpusat di kota ini.
Yang jadi menarik menurut saya, dua
presepsi tersebut sangatlah berbeda satu sama lain. Mungkin orang di
luar sana (khususnya Jakarta) tidak mengerti betul dengan apa yang
terjadi di kota Solo dalam beberapa tahun terakhir. Sedangkan warga yang
bersdomisili di Solo Raya tentu akan mengikuti segala perkembangan di
Kota Solo yang merupakan mother city-nya. Dengan melihat beberapa gambar
Kota Solo dibawah ini, apakah Kota Solo masih layak disebut ‘kampung’?
Saya tidak
mengerti betul bagaimana pengertian kampung yang benar menurut
masyarakat luas (khususnya Jakarta), namun setahu saya bukannya kampung
itu seperti ini ya:
Kampung Luar Batang - Jakarta Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar